Sejarah Singkat Jembatan Panus
Jembatan
Panus dibangun sekitar tahun 1917-1918. Belanda membangun jembatan ini untuk
menghubungkan Depok dengan Cikumpa. Sebelum ada jembatan ini, orang-orang dari
Depok menunju ke Cikumpa maupun sebaliknya harus menggunakan rakit untuk
menyebrang. Setelah jembatan ini dibangun, jembatan ini menjadi jalur penting
yang menghubungkan Depok-Buitenzorg-Batavia.
Jembatan
ini diarsiteki oleh Andre Laurens, sedangkan mengapa dinamai 'Panus',
dikarenakan ada seorang warga bernama Stevanus Leander yang tinggal disamping
jembatan tersebut. Untuk memudahkan pelafalan, nama tersebut disingkat menjadi
'Panus'. Andre Laurens dan Stevanus Leander juga merupakan keturunan dua belas
marga ex budak Cornelis Chastelein.
Di
tiang jembatannya terdapat angka untuk mengukur ketinggian air Sungai Ciliwung,
yang khususnya sangat berguna bagi informasi masyarakat yang berada di Jakarta.
Ada cerita menarik antara banjir dan jembatan Panus sekitar tahun 1980, pada
saat wilayah Manggarai dilanda banjir, muncul berita bahwa banjir tersebut
kiriman dari Depok. Akibatnya, warga Manggarai beramai-ramai naik truck untuk
menyerbu pintu air Depok yang dituding menjadi biang keladi banjir di
Manggarai. Namun sesampainya di Depok, mereka hanya menemukan jembatan yang
memiliki tiang ukur ketinggian air.
Sumber Pustaka :
Wanhar,
Wenri. 2011. Gedoran Depok Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955. Depok:
Usaha Penerbitan Telahsadar.
Jonathans,
Yano. 2011. Potret Kehidupan Sosial & Budaya Masyarakat Depok Tempo Doeloe.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Arifianto,
Bambang. 2018. Mencatat Kota Depok, Dulu dan Kini. Yogyakarta: Deepublish.
Komentar