Cornelis Chastelein: Sepak Terjang Pendiri Depok
Setibanya di Batavia, Cornelis Chastelein memulai sepak terjang karirnya dengan bekerja sebagai pegawai di Heren Zeventien sebagai pemegang buku, karena memiliki sifat yang cakap cepat dan terampil, Chastelein mulai membuat para atasannya kagum dengannya. Selepas itu, Chastelein diberikan kenaikan jabatan, menjadi pembantu saudagar di tempat yang sama, Heren Zeventien. Di tahun 1682, Chastelein diangkat menjadi saudagar yang di percayai untuk bertanggung jawab mengawasi gudang-gudang berisi dagangan VOC. Tiga tahun kemudian, Chastelein diangkat menjadi saudagar dalam dinas VOC. Di 1691, Chastelein lagi-lagi menaiki jabatan menjadi kepala saudagar tingkat dua yang berarti Chastelein juga bertanggung jawab atas pemasukan barang di gudang milik VOC.
Cornelis Chastelein di tahun 1693 membeli sebidang tanah di wilayah Senen, mulai dari pintu air, Bungur Besar, Senen Raya (sekarang RS Militer Gatot Subroto), Kwitang dan terus hingga bertemu lagi dengan Pintu Air. Dua tahun setelahnya, Cornelis Chastelein membeli kembali sebidang tanah di daerah Srinsing (sekarang Srengseng). Lalu di perluas lagi empat pal ke arah selatan, yakni Tanah Depok. Pada saat itu, harga jual tanah ditentukan seberapa jauh tanah itu dari Batavia, dan pada saat itu jarak Batavia-Depok adalah 7½ jam, pada akhirnya Cornelis Chastelein membayar tanah di Depok itu sebesar 300 rijksdaalders dengan status kepemilikan. Pembelian inipun tak lepas atas pernikahannya dengan sang istri, yang merupakan putri dari seorang anggota dewan.
Ketika masih menjabat di VOC, Cornelis Chastelein lebih sering tinggal di Batavia, mungkin karena waktu tempuh Batavia-Depok yang cukup memakan waktu hingga 7½ jam. Namun, setelah pensiun (di sumber lain, dikabarkan bahwa Cornelis Chastelein mengundurkan diri dari VOC. Akibat dari tingkah laku Willem van Outhoorn yang ingin menerapkan gagasan merkantilismenya di Kastil tempat Chastelein bekerja. Berbeda paham dengan van Outhoorn, Chastelein mengundurkan diri dengan alasan kesehatan yang mulai menurun. Namun, diduga ini hanya alasan tipu-tipu, karena ketika sudah berhenti, Chastelein justru sangat bersemangat untuk melakukan kegiatan lain) Cornelis Chastelein memulai ceritanya tinggal di tanah Depok. Ketika pindah ke Depok, Cornelis Chastelein tidak hanya membawa istri dan anaknya saja, Cornelis Chastelein turut membawa budak yang menurut berbagai sumber mencapai 200 orang. Di datangkan Cornelis Chastelein dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Sulawesi, Bali, Timor, dan Sri Lanka. Tujuan tidak lain untuk membantunya menggarap lahan di Depok.
Hubungan Chastelein dengan budaknya bukan seperti seorang majikan dan pembantu, namun lebih intim, yaitu seperti bapak dan anak. Karena ketika para budak bekerja, Cornelis Chastelein turut membantu para budaknya, seperti menyiapkan makan dan minum bagi para budak ketika sedang bekerja. Ini terjadi karena Chastelein mendasarkan sifat dan tingkah laku kehidupannya berdasarkan nilai-nilai Agama Kristen Protestan yang dianutnya.
Selain kegiatan bekerja, setiap malam para budak juga diajarkan Agama serta etika Kristen Protestan oleh Chastelein. Sudah dikatakan, bahwa Chastelein memiliki hubungan bagaikan bapak-anak dengan budaknya, sehingga Chastelein juga seseorang yang visioner yang sudah memikirkan nasib para budaknya ketika sesudah ia wafat nanti. Ini dibuktikan dengan surat wasiat yang dituliskan oleh Chastelein. Akhirnya Chastelein wafat karena tidak tahan terhadap wabah musim panas tahun 1714. Chastelein wafat pada 28 Juni 1714.
- Bacas,
- Isakh,
- Jonathans,
- Jacob,
- Joseph,
- Loen,
- Laurens,
- Leander,
- Tholense,
- Soedira,
- Samuel dan
- Zadokh.
Namun, pada saat ini hanya tinggal sebelas marga yang masih eksis di bawah naungan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Dalam versi YLCC, marga yang hilang adalah marga Zadokh. Menurut Yano Jonathans, marga Zadokh terputus karena banyak keturunan dari marga Zadokh merupakan wanita. Namun, disumber lain dijelaskan, dari 200 budak yang diajarkan etika Kristen Protestan, hanya 120 orang yang mau di baptis, sedangkan 80 orang lainnya enggan di baptis, di duga inilah marga Zadokh yang enggan masuk dalam sakramen kebaptisan dan sesuai surat wasiat Chastelein, mereka yang menolak pembaptisan, dilarang tinggal di tanah Depok.
Sumber Pustaka:
Wanhar, Wenri. 2011. Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta. Depok: Usaha Penerbitan Telah Sadar.
Kwisthout, Jan – Karel. 2015. Jejak-Jejak Masa Lalu Depok Warisan Cornelis Chastelein (1657-1714) Kepada Para Budaknya yang Dibebaskan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
M. Irsyam, Tri Wahyuni. 2017. Berkembang Dalam Bayang – Bayang Jakarta: Sejarah Depok 1950 – 1990-an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Arifianto, Bambang. 2018. Mencatat Kota Depok Dulu dan Kini Kumpulan Tulisan Seorang Jurnalis. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
https://tirto.id/cornelis-chastelein-tuan-tanah-baik-hati-yang-membuka-kota-depok-ec4x
https://historia.id/kota/articles/depok-tanah-warisan-saudagar-voc-Dr9ew
https://www.google.com/amp/s/m/m.viva.co.id/amp/berita/metro/664155-terungkap-depok-pernah-miliki-5-presiden
Komentar