Bantahan Candi Borobudur Peninggalan Nabi.

Bantahan Candi Borobudur Peninggalan Nabi.


Oleh: Riski Rusman Saputro

        Kita pernah dikagetkan dengan sebuah klaim yang beredar tentang Candi Borobudur yang merupakan peninggalan dari Nabi Sulaiman dan Candi Ratu Boko yang diklaim merupakan istana dari Ratu Balqis. Tentunya kita tahu bahwa ilmu cocokologi ini sangat laris dijajakan di Indonesia. Sebut saja, cocoklogi tentang Masjid Al-Safar yang dianggap sebagai bangunan yang memiliki unsur Iluminati karena ada lambang segitiga di mimbar masjid. Demikian, pentingnya tulisan ini ditunjukkan untuk mengkritisi klaim yang beredar di masyarakat luas yaitu Candi Borobudur yang dibangun oleh Nabi Sulaiman.

        Pertama, perbedaan zaman. Perkiraan sejarah dan informasi yang saya kutip dari sumber yang terpercaya bahwa masa hidup Nabi Sulaiman sebagai raja Yahudi berada di sekitar tahun 900-800 SM. Sedangkan Borobudur baru dibangun sekitar tahun 800 M. Jelas sekali perbedaan waktu yang mencolok dapat menandakan bahwa candi tersebut bukan buatan Nabi Sulaiman.

          Kedua, Nabi Sulaiman bukan orang Jawa. Kata "Su" pada padanan kata Sulaiman erat dikabarkan sebagai penanda ia adalah orang Jawa, padahal kata "Su" pada nama orang Jawa baru digunakan setelah zaman Mataram Islam. Di era Majapahit sendiri, kebanyakan nama-namanya menggunakan nama hewan, seperti Hayam Wuruk, Lembu Sora, Kebo Anabrang dan tentunya Gajah Mada yang diklaim pemeluk Islam. Adapun nama sebelum era Majapahit cenderung menggunakan nama dari bahasa Sansekerta dan bahasa Lokal seperti Ken Arok, Ken Dedes, Airlangga dan Kertajaya. 

     Awalan nama "Su" dalam bahasa Sansekerta memiliki arti baik atau unggul. Sehingga, ketika dijadikan nama, namanya memiliki arti yang baik. Misalnya Soekarno (Pendengar yang Baik), Soeharto (Harta yang Baik), Soesilo (Sila yang Baik). Namun apa jadinya jika nama Sulaiman dipecah? Su = Baik, laiman = ??. Laiman tidak memiliki arti dalam bahasa Jawa, yang ada hanyalah liman yang berarti gajah. Nama Sulaiman muncul dalam dialek bahasa Arab, sedangkan nama aslinya adalah Salomo dari bahasa Ibrani.

        Ketiga, nama daerah Sleman bukan diambil dari nama Nabi Sulaiman. Daerah Sleman turut dijadikan cocoklogi sebagai penanda bahwa memang benar candi Borobudur merupakan hasil karya nabi, padahal jika kita telisik lebih jauh, kata Sleman berasal dari nama Sayyid Sulaiman yang merupakan alim ulama yang legendaris yang pernah menyiarkan agama Islam di kerajaan Mataram. Selain itu beliau merupakan salah satu cucu dari Sunan Gunung Jati dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau adalah kakek dari dr. Wahidin Soedirohoesodo.

        Sekiranya ketiga alasan tersebut cukup untuk menerangkan bahwa Borobudur buatan Nabi Sulaiman adalah hal yang cukup mengada-ada. Selain Borobudur, candi Ratu Boko juga menjadi sasaran dalam cocoklogi, yaitu di klaim sebagai kerajaan Ratu Bilqis. Namun, tulisan ini hanya sebatas membahas Borobudur, namun tulisan tentang candi Ratu Boko akan terbit dilain tulisan.

Sumber:

Panyadewa, Seno. 2014. Misteri Borobudur: Candi Borobudur Bukan Peninggalan Nabi Sulaiman. Jakarta: Dolphin.

Dimont, Max Isaac. 2018. Yahudi, Tuhan dan Sejarah. Yogyakarta: IRCiSoD.

Komentar

Himawan Galih Nugroho mengatakan…
candi borobudur dibangun hanya dengan putih telur, apakah benar? jika benar telur jenis apa yg dipakai?
Unknown mengatakan…
Telur yang belum menetas
Istoriya mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Istoriya mengatakan…
Menyebut pembangunan Borobudur menggunakan putih telur tentu sangat keliru. Borobudur menggunakan teknik kontruksi yang dinamakan teknik sambung, yaitu batu yang akan dipergunakan untuk membangun Borobudur, akan dipahat atau dikikis hingga satu sama lain saling mengunci. Jadi, bukan dengan telur ya sobat Istoriya :)

Postingan Populer