Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah
Sejarah sebagai ilmu sering kali diragukan karena sifatnya yang sering diajarkan dalam bangku sekolah adalah hanya tentang hafalan tanggal, hafalan tokoh dan hafalan-hafalan yang membuat para siswa pusing sendiri. Padahal dalam kenyatannya, ilmu-ilmu sejarah dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita gunakan jika ada problematika yang mendesak, dapat kita gunakan untuk menangkal hoaks-hoaks dan lain-lain. Termasuk apa yang ada pada tulisan ini, yaitu konsep berpikir sinkronik dan diakronik.
Berpikir Diakronik
Diakronik berasal dari kata diachronich dalam bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata, yaitu dia yang berarti melalui ataupun melampaui dan chronicus yang berarti waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa berpikir diakronik adalah berpikir dengan teknik memanjang dalam waktu namun terbatas dalam ruang. Berpikir diakronis dapat diibaratkan sebagai sungai yang airnya mengalir dari hulu ke hilir, begitupun dengan sejarah, peristiwanya mengikuti alur waktu terjadinya.
Cara berpikir diakronik ini menuntut kita untuk berpikir secara kronologis dalam menganalisa sebuah peristiwa sejarah, sehingga secara waktu dapat diruntut berdasarkan waktu kejadian peristiwa yang dicatat tersebut. Melalui cara berpikir diakronik ini pula, sejarah menuntut supaya kita dapat menganalisis setiap perubahan ataupun sesuatu hal dari waktu ke waktu yang memungkinkan untuk kita dapat menilai bahwa perubahan tersebut terjadi sepanjang masa.
Para sejarawan menggunakan cara ini untuk bisa menganalisis mengenai sebuah dampak yang terjadi terhadap sebuah peristiwa, sehingga akan memungkinkan sejarawan untuk dapat mendalilkan mengapa keadaan tertentu itu lahir dari keadaan sebelumnya atau juga mengapa keadaan tertentu itu berkembang atau juga berkelanjutan. Hal ini biasanya disebut hukum kausalitas atau hukum sebab-akibat.
Ketika diri kita mampu untuk menerapkan cara berpikir diakronik dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan mampu berpikir secara runtut, teratur dan berkesinambungan sehingga kita akan mudah dalam mengidentifikasikan masalah dengan tepat. Akibatnya kita akan terhindar dari pola berpikir anakronik, yaitu ketidaksesuaian kronologis, khususnya penempatan seseorang, peristiwa, benda, atau adat-istiadat yang tidak sesuai dengan latar waktunya.
Ciri-Ciri Berpikir Diakronik
- Memanjang dalam waktu, menyempit dalam ruang
- Bersifat dinamis
- Memiliki hubungan kausalitas
- Bersifat vertikal
- Cakupannya sangat luas, sehingga kurang fokus pada aspek-aspek tertentu
Contoh Berpikir Diakronik
Dalam cara berpikir diakronik, yang paling ditekankan adalah berpikir dengan teknik memanjang dalam waktu namun terbatas dalam ruang. Misalnya, sejarah Rusia era komunis (1917-1991). Dalam perjalanannya, kita dapat menguraikan secara panjang dan lebar dengan menguraikan kronologis dan periodesasi dari awal Rusia menjadi Uni Soviet hingga dari Uni Soviet ke Rusia kembali.
Secara kronologis kita dapat membuat periodesasi dalam sejarah panjang Rusia dalam genggaman komunis hingga kembali menjadi Rusia yang demokratik, yaitu:
- Revolusi Februari dan Oktober 1917
- Pemerintahan era Vladimir Lenin 1917-1924
- Pemerintahan era Joseph Vissarionovich Dzugashvili (Stalin) 1924-1953
- Pemerintahan era Nikita Khruschev 1953-1964
- Pemerintahan era Leonid Brezhnev 1964-1982
- Pemerintahan era Yuri Andropov 1982-1984
- Pemerintahan era Konstantin Ustinovich Chernenko 1984-1985
- Pemerintahan era Mikhail Gorbachev 1985-1991
Berpikir Sinkronik
Cara berpikir sinkronik identik dengan pengertian meluas di dalam ruang namun juga memiliki batasan di dalam waktu, biasanya metode sinkronik ini selalu digunakan ketika sejarah bersinggungan dengan ilmu-ilmu sosial. Sinkronik sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata Syn yang artinya adalah Dengan, serta Chronoss yang memiliki arti Waktu. Dalam KBBI sinkronik adalah sesuatu hal yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas. Sehingga karena ruang lingkup waktunya terbatas, pembahasan yang akan dibahas akan jauh lebih mendetail, seperti akan dibahasnya aspek sosilogis, ekonomi, budaya dan militernya.
Sinkronik seringkali digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, antropologi, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Inilah yang dikatakan Kuntowijoyo yaitu sejarah sebagai ilmu bantu untuk disiplin ilmu yang lain. Maka dari itu terkadang ketika kita akan meneliti sejarah, kamu bisa menggunakan ilmu sosial, begitupun sebaliknya.
Ciri-Ciri Berpikir Sinkronik
- Memanjang dalam ruang namun menyempit dalam waktu
- Cakupan kajiannya hanya berfokus pada satu peristiwa
- Kajiannya sistematis dan mendalam
- Bersifat horizontal
Contoh Berpikir Sinkronik
Contoh dari cara berfikir sinkronik antara lain Peristiwa Chernobyl pada 26 April 1986 di Uni Soviet pada era pemerintahan Mikhail Gorbachev. Peristiwa ini terjadi akibat dari kesalahan operator ketika sedang melakukan pengujian pada sistem kontrol listrik dari salah satu reaktor di Kompleks PLTN Chernobyl. Kecelakaan itu terjadi karena kombinasi kekurangan teknik dasar dalam bidang reaktor dan tindakan salah prosedur operator, seperti sistem pengaman dan keselamatan dimatikan, dan reaktor dioperasikan di bawah kondisi tidak stabil, situasi yang memungkinkan terjadinya lonjakan daya tidak terkendali.
Akibat dari ledakan ini menghancurkan atap bangunan reaktor terangkat tinggi ke atas, sementara teras meleleh dan luluh lantak serta melepaskan zat radioaktif ke udara. Korban jiwa berjatuhan, sampai 2005, IAEA dan WHO mencatat jumlah korban tewas 56 orang (47 kru reaktor dan petugas pemadam kebakaran serta 9 anak-anak yang menderita kanker tiroid). Dari 6,6 juta orang yang terpapar radioisotop, diperkirakan 9000 diantaranya terpapar berat. Hingga 2002 dideteksi terdapat 4000 kasus anak penderita kanker tiroid. Setelah kecelakaan, sekitar 116000 orang diungsikan, sebagian besar dari zona radius 30 km. Mencakup sekitar 45000 orang dari kota Pripyat. Diperkirakan 24000 orang menerima dosis radiasi yang melebihi 45 rem. Disisi lain menurut pemerintah Uni Soviet pada tahun 1987 dan tidak pernah berubah hingga kini, yaitu hanya memakan korban sebanyak 31 korban jiwa.
Di sisi hewan dan tanaman, menyebabkan sejumlah efek radiasi akut pada tanaman dan hewan yang tinggal di daerah yang terpapar dosis tinggi, yaitu daerah yang terletak pada radius 30 km dari reaktor. Selain itu ditemukan kandungan radionuklida yang tinggi di susu dan berbahai hasil pertanian. Di luar zona tidak ada perubahan yang dilaporkan.
Disisi sosial, para penduduk yang tinggal di sekitar kota Pripyat, diungsikan karena debu terus berterbangan. Setelah itu zona ekslusif yang awalnya hanya diberlakukan sejauh 10 km, diperluas kembali menjadi 30 km.
Adapun tokoh-tokoh kunci yang harus diketahui dalam proses terjadinya tragedi luar biasa ini adalah Valery Legaslov, Boris Shcherbina, Victor Bryukhanov, Anatoly Diyatlov dan Nikholai Fomin.
Sumber Pustaka:
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Fahrurodji. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Alatas, Zubaidah. 2006. Konsekuensi Kecelakaan Reaktor Chernobyl Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Jurnal Buletin Alara, 7(3): 79-87.
Komentar